JAKARTA — Bupati Maros, Dr. H.A.S. Chaidir Syam, didampingi Kepala Dinas Pariwisata Suwardi Sawedi, melakukan kunjungan kerja di Kantor Kementerian Pariwisata RI pada Jumat (19/9/2025). Dalam pertemuan itu, ia mempresentasikan potensi wisata Kabupaten Maros sekaligus menyampaikan capaian terbaru: Desa Wisata Dolli Tukamasea berhasil masuk 60 besar Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2025.
Kementerian Pariwisata menyambut capaian ini dengan apresiasi, sementara Pemkab Maros menargetkan Dolli Tukamasea dapat menembus 10 besar desa wisata nasional dengan konsep sustainable tourism. Pencapaian ini, menurut Chaidir, memperkuat posisi Maros sebagai salah satu destinasi unggulan Sulawesi Selatan, melengkapi status kawasan UNESCO Global Geopark Maros-Pangkep.
Namun di balik kabar menggembirakan tersebut, muncul pertanyaan publik: sejauh mana prestasi ini benar-benar memberi manfaat nyata bagi warga desa wisata? Banyak pihak mengingatkan agar penghargaan tidak hanya berhenti sebagai simbol, melainkan berlanjut pada peningkatan ekonomi masyarakat, tata kelola lingkungan yang berkelanjutan, dan pemerataan infrastruktur.
Aktivis pariwisata lokal Ilham Lahiya, menilai, meski Maros kerap meraih pengakuan di tingkat nasional dan internasional, realisasi di lapangan masih menghadapi kendala klasik: akses jalan ke destinasi yang rusak, keterbatasan fasilitas umum, hingga minimnya dukungan bagi pelaku UMKM desa wisata.
“Penghargaan itu penting, tapi yang lebih penting adalah bagaimana desa wisata benar-benar menjadi ruang hidup berkelanjutan, bukan sekadar objek lomba tahunan,” kata Ilham.
Dengan target 10 besar desa wisata nasional, Pemkab Maros kini ditantang membuktikan bahwa branding pariwisata sejalan dengan keberlanjutan ekonomi warga dan kelestarian alam yang menjadi daya tarik utama daerah ini.
SYUKRI