JAKARTA — Di balik panggung kekuasaan, sebuah konflik senyap tengah berlangsung. Dua poros besar kini saling berhadapan: Geng Solo, jejaring perwira tinggi dan pejabat loyalis Presiden Joko Widodo, melawan Kertanegara, kubu Presiden Prabowo Subianto. Perseteruan ini bukan sekadar soal kursi, melainkan perebutan kendali atas militer, intelijen, dan keamanan negara.
Berdasarkan penelusuran investigasi dari berbagai sumber terpercaya, termasuk Tempo, Law-Justice, Monitor Indonesia, dan Kumparan, friksi antarjenderal mulai mengeras sejak hari-hari awal pemerintahan Prabowo. Manuver jabatan, konsolidasi loyalis, hingga konflik mutasi perwira tinggi menjadi bukti nyata adanya perang dingin di tubuh negara.
Jalur Geng Solo: Benteng Jokowi Masih Berdiri Kokoh
Sumber Tempo menyebut istilah “Geng Solo” merujuk pada lingkaran perwira dan pejabat yang memiliki kedekatan khusus dengan Jokowi sejak menjabat Wali Kota Surakarta. Mereka kini menduduki posisi strategis di TNI, Polri, dan birokrasi nasional. Tiga nama yang kerap disebut sebagai “pilar Geng Solo”:
Nana Sudjana – Pj Gubernur Jawa Tengah
Ahmad Luthfi – Kapolda Jawa Tengah
Mayjen Widi Prasetijono – Pangdam IV Diponegoro
Selain itu, terdapat sejumlah perwira tinggi lain yang disebut berada dalam orbit Solo, termasuk KSAD Jenderal Agus Subiyanto, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, dan Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto.
Menurut laporan Kumparan, jaringan ini disebut sebagai “benteng politik Jokowi”, yang menjaga kestabilan politik keluarga Jokowi, termasuk dukungan bagi Gibran Rakabuming Raka sebagai Wakil Presiden.
Kertanegara Melawan: Prabowo Bangun Poros Baru
Sementara itu, kubu Kertanegara — basis kekuatan politik dan militer pendukung Prabowo — mulai melakukan perlawanan sistematis. Salah satu titik konflik terbesar pecah pada mutasi Letjen Kunto Arief Wibowo, anak dari mantan Wakil Presiden Try Sutrisno.
Awalnya, Letjen Kunto dimutasi menjadi staf khusus KSAD. Namun, gelombang penolakan keras muncul karena posisinya dianggap krusial dalam strategi pertahanan. Tekanan internal membuat keputusan itu dibatalkan, dan Kunto dikembalikan ke posisinya sebagai Pangkogabwilhan I.
Menurut pengamat politik Said Didu (Fajar.co.id), kasus ini memperlihatkan bahwa Prabowo mulai mengambil alih komando dan melawan dominasi Geng Solo dalam tubuh TNI. “Prabowo sadar bahwa jika tidak menguasai komando militer, pemerintahannya akan terus berada dalam tekanan,” ujarnya
Manuver Tersembunyi: “Perang Dingin” di Tubuh Negara
Laporan Law-Justice menyebutkan bahwa dinamika ini bukan hanya soal jabatan, melainkan juga perebutan pengaruh intelijen dan kendali keamanan nasional. Beberapa analis menilai, ada indikasi manuver “cipta kondisi” ala krisis 1998 yang dimodifikasi.
Pengamat politik Amir Hamzah bahkan menyebut Prabowo berpotensi “dijebak” lewat skenario krisis sosial dan aksi massa, yang bisa memperburuk citra pemerintahannya. Indikasinya terlihat dari meningkatnya eskalasi protes dan konflik sipil dalam beberapa bulan terakhir.
Laporan Monitor Indonesia menguatkan temuan ini. Dalam 100 hari pertama pemerintahannya, Prabowo disebut belum sepenuhnya mengendalikan kabinet dan institusi keamanan, karena banyak loyalis Geng Solo masih bercokol di posisi-posisi kunci.
Peta Konflik Kekuatan
Poros Kekuasaan Figur Kunci Basis Kekuatan Strategi Status Saat Ini
Geng Solo (Jokowi) Agus Subiyanto, Listyo Sigit, Nana Sudjana, Widi Prasetijono TNI, Polri, birokrasi Jaga loyalitas & stabilitas Gibran Masih kuat, kendali struktur
Kertanegara (Prabowo) Letjen Kunto Arief, purnawirawan Gerindra, loyalis elite Militer, intelijen, kabinet Restrukturisasi, mutasi jabatan, konsolidasi politik Mulai melawan, resistensi menguat
Dampak dan Potensi Eskalasi
1. Dualisme Kekuasaan:
Struktur TNI dan Polri kini berada di bawah dua kutub pengaruh berbeda.
2. Peluang Konflik Internal:
Persaingan memicu potensi kegaduhan politik dan keamanan nasional.
3. Manuver 2029:
Konflik ini diperkirakan akan mencapai puncaknya menjelang Pemilu 2029, saat Jokowi disebut ingin memper tahankan pengaruhnya melalui Gibran.
BERBAGAI SUMBER