MAROS – Mangkau’ ri Bone, pewaris tahta Kerajaan Bone, melakukan kunjungan adat bersejarah ke wilayah Batubassi, Kabupaten Maros, pada Minggu 27 Juli 2025. Kunjungan ini disambut hangat oleh para tokoh adat, Jowa, Sanro, Pinati, serta Lembaga Adat Batubassi dan Forum Pemerhati Adat Budaya Nusantara.
Acara penyambutan digelar secara adat di Balla Lompoa Adat Batubassi, dengan rangkaian ritual dan pembacaan titah Karaengta Gowa berdasarkan naskah lontara bersejarah bertahun 1021 H / 1612 M. Naskah tersebut mengukuhkan hubungan antara Bija Panggulunna Gowa dengan Datu Bone pada masa silam.
Dalam sambutan adatnya, Ketua Lembaga Pemerhati Adat Budaya Nusantara menegaskan, bahwa kunjungan ini bukan sekadar seremoni, melainkan bentuk penguatan kembali nilai-nilai siri’, pacce’, dan pangngadakkang yang telah menjadi fondasi peradaban Bugis-Makassar sejak ratusan tahun lalu.
“Kedatangan Mangkau’ ri Bone ke Batubassi adalah jawaban dari bahasa hati antara dua kerajaan tua di Sulawesi. Batubassi bukan hanya simbol geografis, tetapi juga tempat bersatunya dua adat besar dalam satu rumpun warisan leluhur,” ujar Ketua Lembaga Adat Batubassi, Muh. Tahir.
Rangkaian kegiatan diisi sair aru dari Karaeng Gowa kepada Mangkau’ ri Bone, persembahan seni budaya Bugis-Makassar, serta doa keselamatan sebagai simbol adat oleh para anrongguru sebagai bentuk penyambutan dan pengakuan kekerabatan adat.
Mangkau’ ri Bone, Andi Baso Hamid Petta Serang, dalam pesannya menyampaikan apresiasi atas sambutan hangat yang diberikan. Ia berharap nilai-nilai budaya tersebut dapat terus dilestarikan lintas generasi.
“Kami berharap hubungan silaturahmi masyarakat adat Batubassi dapat terjalin kembali dengan Bone, yang telah lama terputus. Kami baru mengetahui bahwa hubungan masyarakat Bone dan Gowa selama ini terjalin di Batubassi. Mudah-mudahan silaturahmi ini membawa berkah bagi Gowa, Bone, dan seluruh wilayah adat di Sulawesi Selatan,” ucap Mangkau’ ri Bone.
Kedatangan Raja Bone turut didampingi oleh Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Bone, Andi Promal Pawi. Dalam sambutannya, ia menyerahkan Buku Lontara Pappase, sebuah karya yang merangkum berbagai naskah lontara sebagai bahan pendamping bagi Lontara Ade Pappasang yang hingga kini masih dilestarikan oleh masyarakat Batubassi.
“Tidak semua kampung memiliki sejarah dan identitas sekuat Batubassi. Masyarakat Batubassi patut berbangga memiliki sejarah yang jelas. Kami berharap adat-istiadat ini dapat dibukukan untuk pelestarian generasi mendatang,” kata Andi Promal.
Kegiatan ini juga menjadi penanda komitmen bersama antara Forum Pemerhati Adat Budaya Nusantara dan kerajaan-kerajaan adat untuk memperkuat dokumentasi, pendidikan budaya, serta pengarsipan naskah lontara — termasuk titah kerajaan yang menjadi dasar hubungan antarwilayah sejak era Islamisasi di Sulawesi.
Acara ditutup dengan doa adat dan jamuan bersama, menandai kebangkitan kembali semangat persatuan adat Bugis-Makassar di tengah arus zaman.
JUM